Kemuliaan Akal di Ranah Perdebatan
Pola Logo Neutron Yogyakarta
Kemuliaan Akal di Ranah Perdebatan
Tips Belajar

Kemuliaan Akal di Ranah Perdebatan

Kemuliaan ilmu dapat diungkapkan melalui akal. Akal adalah perangkat penting dalam fondasi ilmu.

Oleh Kurniawan Pramanto
03 Januari 2020

Kemuliaan ilmu dapat diungkapkan melalui akal. Akal adalah perangkat penting dalam fondasi ilmu. Pengetahuan kita ibarat buah dan ia tumbuh dari akal. Ilmu dan pengetahuan tidak berasal dari luar, tetapi berada di balik akal, seperti air yang bersembunyi di dalam tanah. Bagaimana kita tidak menghormatinya kalau ia adalah sebab keberuntungan dan kebahagiaan? Adakah yang dapat membedakan binatang dan manusia selain dari akal? Binatang buas bertubuh besar pun takut ketika melihat manusia karena ia tahu manusia tersebut dapat membuat jebakan dengan akalnya. Selain itu, dengan akalnya, manusia dapat keluar dari kesusahan di dalam hidupnya. Bagaimana bisa? Mari kita ambil contoh dari keseharian saja, dalam hal ini dua individu yang sedang berdebat atau bertengkar.

Kita sering melihat perdebatan yang terjadi di masyarakat. Dari sisi psikologi, penyebab munculnya perdebatan adalah rasa ingin menunjukkan kapasitas masing-masing pihak demi mendapatkan pengakuan. Perdebatan sendiri muncul akibat dari perbedaan argumentasi dua individu. Pada gilirannya, kecenderungan ini mendorong orang awam menerima kontroversi dan perselisihan. Lalu, apakah perdebatan itu tidak diperbolehkan? Debat boleh, asal ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, seperti debat untuk mencari kebenaran bagi orang-orang yang berkompeten, tidak melanggar kewajiban sebagai makhluk, membahas masalah aktual(sudah terjadi, bukan yang belum terjadi), berada di tempat tenang agar dua pihak dapat berpikir jernih, dan lain sebagainya.

Selanjutnya, perdebatan sendiri melahirkan bahaya dan kejahatan yang sangat merugikan individu yang terlibat dan yang melihat saja. Bahaya tersebut begitu samar, tetapi dapat dirasakan, seperti dengki, takabur, dendam, mengumpat, menolak kebenaran, menipu, dan pamer. Orang awam yang tidak mengetahui ilmu tentang penyakit hati pasti akan selalu mengulanginya karena tidak mengetahui bahayanya bila tidak diobati. Bila dibiarkan terus menerus, hati individu yang gemar berdebat tersebut dapat mengeras dan mati.

Bagi orang berakal tentu perdebatan ini membuang waktu dan energi karena dapat menciptakan dampak yang merugikan dengan skala yang lebih besar. Bayangkan saja bila sebuah kelompok masyarakat yang tadinya aman, damai, dan tentram harus menjadi korban perdebatan hanya karena masalah kecil tersebut. Dari contoh tersebut, orang yang berakal dan mengetahui bahaya debat atau pertengkaran akan memilih diam, dalam hal ini menghindari perdebatan, sebab tahu dampak yang akan terjadi. Bila ada individu di sekitar kita yang gemar berdebat, kita wajib menolongnya lewat akal kita. Kemuliaan manusia diketahui dari ilmunya, sedangkan kemuliaan ilmu diketahui lewat akalnya.